MENGANALISIS BERITA
Tugas Mata Kuliah Jurnalistik Multimedia
Dosen: Yolanda Presiana Desi, S.IP, MA
NIM : 01716146259
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI
SEKOLAH
TINGGI MULTI MEDIA “MMTC” YOGYAKARTA
Zuckerberg Akhirnya Angkat Bicara soal
Kebocoran Data Facebook
KOMPAS.com
- Perusahaan media sosial terbesar di dunia Facebook tengah didera krisis.
Sebanyak 50 juta data penggunanya bocor dan digunakan oleh Cambridge Analytica,
konsultan politik Donald Trump, untuk kepentingan kampanye pilpres Amerika
Serikat. Sang pendiri dan CEO Facebook Mark
Zuckerberg tak langsung merespons skandal tersebut. Ia memilih diam. Setelah
didesak banyak pihak, Zuckerberg akhirnya angkat bicara. Dalam
sebuah pernyataan yang diunggah di akun Facebook resminya, Zuckerberg meminta
maaf pada pengguna dan menjanjikan sistem yang lebih aman untuk melindungi
privasi data. "Kami memiliki tanggung jawab untuk
melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa, maka kami tidak pantas untuk
melayani Anda. Saya telah mencoba memahami dengan tepat apa yang terjadi dan
memastikan bagaimana kejadian ini tidak akan terulang lagi," tulis Mark
Zuckerberg sebagaimana dikutip KompasTekno dari NBCNews, Kamis (22/3/2018).
Selain
itu dalam pernyataannya, Zuckerberg menyatakan telah mengambil langkah
antisipatif agar kasus ini tidak kembali terjadi di kemudian hari. Langkah tersebut salah satunya adalah
dengan memberi perhatian lebih serta membatasi akses aplikasi pihak ketiga pada
profil pengguna seperti foto maupun alamat e-mail. "Kabar
baiknya, kami telah mengambil tindakan penting untuk mencegah hal ini terulang
dan itu sudah kami lakukan beberapa tahun lalu. Namun kami membuat kesalahan,
dan masih banyak yang harus dilakukan," lanjutnya. Senada
dengan Mark Zuckerberg, Chief Operating Officer Facebook Sheryl Sandberg juga
mengakui adanya kesalahan dari perusahaan dalam melindungi data pengguna. "Seperti yang dikatakan Mark
Zuckerberg, kita tahu bahwa ini adalah pelanggaran besar terhadap kepercayaan
masyarakat dan saya sangat menyesal apa yang kami lakukan tidak cukup mampu
untuk mengatasinya," tulisnya.
Karena
kasus ini, Facebook kini tengah menjadi sorotan publik dan badan hukum. Bahkan
Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat telah memberi permintaan khusus pada
Facebook untuk memberi penjelasan terkait kebocoran serta kemungkinan
penggunaan data oleh Cambridge Analytica. "Ini
adalah pelanggaran kepercayaan, antara Kogan, Cambridge Analytica, dan
Facebook. Namun ini juga melukai kepercayaan antara Facebook dan masyarakat
yang telah membagikan data mereka dengan kami. Kami harus memperbaiki
ini," tulis Zuckerberg. Facebook
kini tengah menghadapi tekanan serta pertanyaan besar dari berbagai pihak.
Bahkan beberapa waktu lalu muncul kabar bahwa parlemen Inggris akan memeriksa
Mark Zuckerberg terkait skandal ini. Bukan
hanya itu, pendiri Facebook ini pun tengah dilanda kerugian material dalam
jumlah yang besar. Setidaknya harta Zuckerberg turun 4,9 miliar dollar AS atau
sekitar Rp 67,5 triliun dalam sehari. Sementara
tekanan ini berlanjut, investor saham khawatir, Facebook akan dijatuhi regulasi
lebih berat. Sahamnya pada Senin kemarin terperosok sampai 6,8 persen, dan
memangkas kekayaan Zuckerberg menjadi 70,4 miliar dolar AS.
(Dikutip dari https://tekno.kompas.com/read/2018/03/22/09070997/zuckerberg-akhirnya-angkat-bicara-soal-kebocoran-data-facebook)
NEWS VALUE
1.
Significance (Penting tidaknya sebuah berita)
Berita tersebut sangat penting mengingat ada 2,1 M pengguna facebook yang
tersebar di seluruh dunia pada tahun 2018 ini.
2.
Timelines (Kebaruan berita)
Berita tersebut dipublish pada hari Kamis, 22 Maret 2018 dan menjadi
perbincangan di seluruh dunia.
3.
Proximity (Kedekatan)
Berita tersebut hangat dibicarakan para pengguna Facebook karena mereka
khawatir bahwa dengan data-data mereka nantinya juga akan bocor.
4.
Magnitude (Dampak)
Berita tersebut berpengaruh besar terhadap para pengguna Facebook. Dengan
munculnya berita tersebut, para pengguna Facebook menjadi was-was mengenai
data-data mereka di Facebook. Bahkan tagar #deletefacebook sampai booming,
terutama di kalangan masyarakat Indonesia sebagai pengguna Facebook.
5.
Prominence (Keterkenalan)
Berita ini terkenal sampai penjuru dunia, bahkan Facebook sampai menjadi
sorotan publik dan badan hukum karena Facebook sendiri merupakan media sosial
yang booming dan mempunyai pengguna yang terbilang banyak.
6.
Human Interest
Berita tersebut menggugah para pengguna Facebook di seluruh dunia, terutama
saya yang juga menggunakan Facebook. Para pengguna Facebook, termasuk saya
tentunya akan menjadi was-was serta ikut merasakan kesal atas data yang bocor
hanya demi kepentingan pilpres di Amerika Serikat.
7.
Conflict
Masalah yang terjadi adalah bahwa 50 juta data pengguna Facebook bocor
dan digunakan oleh
Cambridge Analytica, konsultan politik Donald Trump, untuk kepentingan kampanye
pilpres Amerika Serikat. Hal tersebut tentunya menimbulkan kontroversi di seluruh penjuru dunia.
UNSUR-UNSUR
BERITA
1.
What (Apa yang dibahas dalam berita tersebut?)
50 juta data pengguna Facebook bocor dan digunakan
oleh Cambridge Analytica, konsultan politik Donald Trump, untuk kepentingan
kampanye pilpres Amerika Serikat.
2.
Who (Siapa pihak yang bersangkutan dengan hal tersebu?)
Pihak yang bersangkutan adalah Cambridge Analytica, konsultan politik Donald
Trump. Where (Di mana hal tersebut terjadi?)
Di penjuru dunia.
3.
When (Sejak kapan hal tersebut terjadi?)
Sejak adanya pilpres di Amerika Serikat.
4.
Why (Mengapa hal tersebut bisa terjadi?)
Karena adanya
kesalahan dari perusahaan Facebook dalam
melindungi data pengguna sehingga keamanan Facebook kurang yang mengakibatkan
data-data pengguna Facebook bocor.
5.
How (Bagaimana cara Facebook untuk mengatasi hal
tersebut?)
Mereka akan mengambil langkah antisipatif agar kasus ini tidak
kembali terjadi di kemudian hari. Langkah
tersebut salah satunya adalah dengan memberi perhatian lebih serta membatasi
akses aplikasi pihak ketiga pada profil pengguna seperti foto maupun alamat
e-mail.
6.
So what
Para pengguna Facebook harus berhati-hati dalam memberikan informasi
data pribadi mereka ke dalam situs jejaring sosial, karena ditakutkan bahwa
situs yang dimasuki tersebut adalah situs yang dibuat oleh pihak ketiga untuk
melakukan kecurangan.
